Pratama

Monday, January 7, 2013

Filosofi Rambut Panjang



Berandalan, rambut panjang bagi pria itu tidak mencerminkan orang yang baik, hanya orang yang tidak punya norma yang membiarkan rambutnya panjang. Mana mungkin orang baik-baik membiarkan rambutnya gondrong?

            Stigma negatif tentang pria berambut panjang sudah terpatri dan mengakar dikalangan masyarakata luas, entah dari mana asal paradigma seperti itu muncul dan berkembang, hingga akhirnya sekarang pandangan itu tertanam kuat dalam masyarakat, kita bisa lihat bagaimana masyarakat menganggap buruk pria yang berambut panjang, dengan alasan yang tidak jelas, mereka hanya meyakini kalau pria berambut panjang, umumnya bukan orang baik-baik.
            Mungkin kita berpikir kalau gaya rambut itu hanya sekedar penampilan, bagi para wanita rambut adalah mahkota, mereka mampu menghabiskan banyak uang, hanya untuk menata rambut agar menarik, begitu juga para pria metroseksual yang mementingkan penampilan dan membentuk gaya rambut hanya untuk style, tapi bagi pria yang tak hanya memikirkan gaya, ada makna filosofis dari gaya rambut, terutama pria yang mempunyai rambut panjang.
            Rambut adalah salah satu cara mengekspersikan atau menginterpretasikan karakter seseorang, tak jarang status kehidupan pria bisa terlihat dari gaya rambutnya. Pria yang berambut pendek dan rapi, sering diidentikan sebagai pria yang senang berada dibawah aturan, pekerja harian, karyawan atau pegawai negeri. Sedangkan pria berambut panjang diidentikan sebagai orang yang tidak suka diatur, memiliki pandangan diluar mainstream, sering membelot dari aturan dan kebanyakan seniman atau sastrawan. Tapi itu hanya pandangan sempit saja, karena orang dengan isi kepala yang berbeda, tentu mempunyai pandangan tersendiri dalam suatu hal, termasuk rambut ini.

            Di masa seperti sekarang, masa yang penuh dengan birokrasi dan aturan-aturan yang bersifat bias, karena ingin menyamaratakan manusia yang sebenarnya berbeda. Peraturan yang dibuat oleh suatu lembaga atau instansi membuat seseorang harus menenggelamkan karakter sebenarnya, salah satunya harus berambut rapi dan pendek sehingga orang mengikutinya, demi profesi atau pekerjaan yang mereka inginkan, padahal itu bertentangan dengan hati atau pandangannya.
            Kisah rambut panjang berawal dari Samson, mungkin dia adalah tokoh yang tidak asing terdengar, seorang pria yang mempunyai kekuatan melebihi manusia biasa. Dengan tangan kosong Samson dapat melawan dan mengalahkan singa, bahkan dia mampu menghancurkan sebuah kavaleri musuh tanpa bantuan apapun. Samson bertubuh kekar dan sangat perkasa, tak takut melawan apapun, kecuali satu hal, yaitu pisau atau gunting cukur. Mengapa? Karena kelemahannya terletak di rambut. Dia akan kehilangan kekuatannya jika rambutnya tercukur. Saat rambutnya dicukur oleh kekasihnya yang berkhianat bernama Delilah, Samson menjadi manusia normal dan dengan rambut pendeknya dia hanya menjadi budak.
            Tidak hanya itu saja, Dewa-dewa dalam Yunani Kuno seperti Zeus, Apollo, dan penguasa lautan Poseidon (Neptunus) juga memiliki rambut yang panjang. Dalam Yunani sebelum abad keenam, rambut panjang adalah simbol dari kemakmuran dan kekuatan, sementara lelaki dengan rambut yang tercukur pendek digambarkan sebagai budak. Mungkin ini hanya cerita atau legenda, tapi makna filosofis tentang rambut panjang ada didalamnya.
Ranah kebudayaan juga kental kaitannya akan sebuah filosofi dari rambut panjang. Di Inggris kuno, pria dengan rambut panjang digambarkan sebagai orang yang berpandangan artistik dan bijaksana. Sedangkan dalam Kebudayaan Barat, lelaki berambut panjang melakukan revolusi melalui musik dan kasih sayang, kaum revolusi ini menamakan dirinya Hippies. Di Asia rambut panjang adalah sebuah jiwa, Bahkan kehormatan dan harga diri seorang pria terletak di rambutnya yang panjang. Pada zaman Edo, para pria mempunyai rambut yang panjang dan diikat membentuk simpul di belakang kepala, yang terkenal dengan nama Samurai, mereka tidak akan memotong rambutnya, karena jika mereka lakukan itu menandakan bahwa mereka merasa telah kalah dalam perang dan terhinakan. Budaya kuno itu masih terjaga sampai sekarang, namun pengertiannya saja yang berbeda. Jika zaman dahulu orang Jepang mencukur rambut karena alasan kalah berperang, maka di masa sekarang orang Jepang akan memotong rambut saat dia merasakan kegagalan dalam suatu hal di hidupnya
            Begitulah filosofi pria dengan rambut panjang. Ada yang mempertahankan rambut panjang karena prinsip diri, kebudayaan sekitar, ada juga yang pantang mencukurnya karena kepercayaan dan pengabdian. Di masa sekarang etimologi dari rambut panjang menjadi berbeda karena perubahan kultur dan zaman. Pria berambut panjang, dalam masa sekarang mungkin hanya dipandang sebelah mata, tetapi semua dapat berpikir dan mengkaji lebih dalam, sehingga lebih mampu berpikir bijaksana untuk tidak menilai orang hanya dari penampilannya saja. Sebagai seorang Muslim, pria berambut panjang telah mulai menauladani Rasulnya yaitu Muhammad SAW yang juga berambut panjang sebahu. Berambut panjang bagi saya adalah memanusiakan diri diantara manusia yang terbonekakan, juga bentuk deklarasi kemerdekaan atas telah berhasilnya saya meraih kedaulatan diri saya sendiri, dari aturan yang menghimpit semua orang.

PKn dan Seni, itu Bisa !



          Pancasila dan Undang-undang Dasar, itu stigma yang menempel dipikiran hampir semua orang saat mendengar PKn. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelarajan Nilai dan Moral yang hanya dianggap sebuah hafalan, sehingga kebanyakan orang mengganggap ini adalah pelajaran yang tidak penting.
          Itu adalah realitas sekarang, padahal pada hakikatnya PKn adalah pembelajaran afektif dan psikomotor, yang tidak hanya mengajarkan kognitif siswa saja. Apa atau siapa yang salah, sampai-sampai siswa maupun orang tua, sering kali menyepelekan pelajaran yang sebenarnya menjadi jantung pendidikan ini? Tak perlu dijawab, karena tinggal bagaimana kita menyikapinya sekarang, sulit untuk merubah paradigma yang sudah melekat dimasyarakat, tapi kita bisa memperbaiki keadaan sehingga pada akhirnya paradigma masyarakat akan berubah seiring berjalannya waktu.
          Cara apa yang harus kita lakukan agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu menjadi pelajaran yang sesuai dengan hakikatnya. Bukan lagi sistem yang harus diperbaiki, tapi bagaimana para pendidik mampu kreatif mengeksplorasi mata pelajaran yang dianggap menjemukan ini, menjadi punya daya tarik dan memiliki makna didalamnya.
          Seni adalah jawabannya. Salah bila banyak yang berpikir PKn itu jauh dari Seni, karena kenyataannya sangat dekat. PKn itu tidak sekedar hafalan karena ada nilai dan moral didalamnya, dalam hal ini rasa dan karsa lah yang bicara, begitu juga Seni yang menjunjung tinggi rasa dan karsa, sehingga keduanya berkaitan begitu dekat, hanya tidak semua orang mengetahuinya.
          Tapi bukan berarti PKn harus mengajarkan cara bernyanyi, menari, atau menggambar, tapi bagaimana kita berkesenian dalam membelajarkan PKn, misalnya kita buka dengan lagu Garuda Pancasila, setelah itu baru kita jelaskan makna-makna dalam setiap sila dalam Pancasila, tidak hanya itu kita bisa melakukan metode pembelaran lain.
          Prof. Dasim Budimansyah M.Si. salah seorang dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang juga menjadi ketua Jurusan program Pendidikan Umum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, memberikan terobosan dalam pembelajaran PKn lewat Project Citizen, dimana siswa membuat portofolio dengan melakukan pencarian data, penelitian, dan penyimpulan, serta melakukan showcase dari portofolio yang dibuat, dengan metode ini semua siswa bisa mengembangkan potensinya, yang bisa mewawancara akan mewawancara, yang suka membuat kreasi seni bisa berkreasi, sehingga menciptakan suasana kelas PKn yang bergerak. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tertarik, Karena tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru, tapi juga turun langsung untuk memberikan analisis, saran dan gagasan untuk menjadi solusi terhadap tema kontemporer yang diambil.
          Seni sangat bisa diterapkan dalam pembelajaran PKn. Dedi, seorang seniman yang juga guru asal Sumedang, mengemukakan kalau Seni bisa masuk semua pelajaran, bahkan eksak sekalipun. Guru harus kreatif, jangan hanya terpaku pada buku dan LKS, karena itu akan membuat suasana kelas tidak menarik dan menjadi pembodohan terhadap murid, meskipun siswa bisa mengerjakan semua, siswa tetap tidak akan punya daya saing hingga akhirnya siswa tidak bisa berkembang meskipun punya pengetahuan yang luas. “Metodologi dan aspek perangkat lain harusnya menjadi pendukung dalam pembelajaran. Da sakaterang abdi mah kitu nya, salami urang kajebak ku LKS, maka pemikiran urang teh tos di set (Kalau sepengetahuan saya begitu ya, selama kita terjebak oleh LKS maka pemikiran kita itu sudah di set) oleh satu bentuk LKS yang tidak mengundang kreatifitas.” Tutur seniman gamelan tersebut.
          Dedi pun mengutarakan bahwa sebaiknya hindari pembelajaran textbook atau hafalan “Saya ingat waktu itu dosen saya mengatakan bahwa kalau text book atau hafalan itu hanya menggiring saraf reptil pada otak manusia, semakin itu dirangsang, semakin berpengaruh seperti reptil, makanya seperti kekerasan, itu akibat saraf reptilnya terkena, jadi kita jiwa-jiwa hewaninya yang muncul. Yang sekarang saya lakukan bagaimana untuk jujur, lepaskan beban itu, sekarang kamu salurkan dalam bentuk kerajinan tangan, dalam berkesenian, sejenak kamu lepaskan tekanan-tekanan. Jujur sajalah, padahal dari situ juga sudah ada proses belajar”, jelas yang dikatakan bahwa sebenarnya tidak baik bila pengajar menyuruh siswanya untuk menghafalkan satu bahasan sampai dia fasih, karena itu tidak akan membuat siswa cerdas, hanya akan membuat siswa pintar menghafal, tapi tidak tahu esensi didalamnya.
          Kembangkanlah PKn dengan seni-seni didalamnya, karena ada 4 pembelajaran untuk penghalusan jiwa Agama dan PKn yang menjadi jiwa, Seni dan Bahasa yang akan bergerak sesuai jiwa. Dengan pembelajaran PKn yang atraktif dan interaktif akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan memahami makna-makna didalamnya, saat itu sudah tertanam, bersiaplah untuk Indonesia yang lebih baik yang beragama, memiliki nilai dan moral serta mencintai keindahan.
          AIR, kami Alam, Intan dan Rian yang merupakan calon pendidik PKn akan berusaha menerapkan 3 aspek penting yang menjadi pegangan kami yaitu Agama yang membuat hidup lebih terarah, Ilmu Pengetahuan yang memuat hidup lebih mudah dan Seni yang membuat hidup lebih indah. Dengan seperti itu kami akan berusaha membuat PKn yang lebih bermakna dari sekedar hafalan, Semoga kami mampu !

Hukum Positif dan Negatif.

http://www.catatankimia.com/wp-content/uploads/positif-negatif1-300x300.jpg
http://www.catatankimia.com


"Terus memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada seseorang, Andalah yang akan terbakar"
-Sidharta Gautama.
            Dalam hidup yang selalu berjalan, adalah suatu hal yang wajar bila ada peristiwa atau kejadian yang membuat kita marah dan kecewa. Dinilah kekuatan hati kita diuji, cepat kendalikan emosi kita, jangan biarkan perasaan-perasaan negatif seperti marah, dendam, iri, dengki, kesal atau sekedar kecewa kepada orang lain bercokol lam dalam hati kita. Cepat lepaskan perasaan negatif itu dan pikirkan hal-hal positif, sehingga hati kita akan lebih tenang dan apapun yang kita lakukan akan berdampak lebih positif. Bila kita terus berpikir negative, itu akan menyebabkan hokum tarik menarik, sehingga membuat kita menerima apa yang kita berikan.
            Bila kita merasa kesal atau kecewa kepada siapapun entah itu pasangan, kawan atau rekan kerja, lalu kita menyalahkan mereka maka kita akan mendapatkan kembali keadaan yang kita persalahkan itu, Ikhlaskanlah, Maafkanlah, dengan seperti itu hati akan lebih lega dan tenang dalam menjalani hidup, lebih focks pada tujuan hidup tanpa terbebani berbagai penyakit hati yang hanya akan membelenggu kita dalam melakukan sesuatu.
            Kita berusaha menanggapi segala sesuatu dengan positif, karena hokum ketertariakn memang berlaku, saat kita berpikir negatif, maka keadaan negatiflah yang akan muncul, tapi saat kita berpikir postif, maka keadaan psoitif pula lah yang akan muncul, sehingga senantiasa lah berpikirt positif, untuk membuat kita selalu bahagia.
            Tersenyum kepada banyak orang akan membuat kita l;ebih menikmati dan mensyukuri hidup, tapi saat kita selalu murung, kita hanya akan merasakan kelamnya dunia, tanpa ada hal yang bisa membuat kita mensyukuri nikmat yang telah Tuhan beriakan kepada kita secara berlimpah.
"Jika saya mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan"
Tao Te Ching
Semoga Tuhan mengaruniai sabar  yang tak terbatas dan ikhlas yang  tak bertepi untuk kita semua, sehingga  apapun rintangan dan cobaan yang dilalui  akan terasa lebih ringan.